Kamis, 13 Juni 2013

PENGANTAR ISBD



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Dasar Pemikiran
Kondisi masyarakat Indonesia dan pendidikan Indonesia yang sekarang dinilai mengkhawatirkan. Sekarang ini terus diusahakan agar mengalami perubahan ke arah yang lebih baik dan tidak cenderung mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan. Indonesia mengadopsi juga konsep pendidikan umum (General Education) yaitu mata kuliah MPK (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian) meliputi Pendidikan Pancasila, pendidikan Agama dan kelompok MBB (Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat) meliputi mata kuliah ISD, IBD, dan ISKD. IBD dan ISD disatukan menjadi matakuliah ISBD. ISBD dajarkan pada program IPA. ISBD merupakan suatu bidang kajian yang sangat diperlukan oleh para mahasiswa sebagai generasi penerus perjuangan bangsa. Untuk memahami kaidah berkehidupan bermasyarakat. Sementara ISKD yang merupakan Ilmu Sosial Kealaman Dasar diajarkan pada program IPS. Kelompok MBB (Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat) dengan salah satu visinya yaitu tanggung jawab manusia terhadap Sumber Daya Alam dan lingkungannya serta misinya yang mendukung dapat menghasilkan mahasiswa yang kompeten, menguasai kemampuan berpikir rasional, berwawasan luas, berjiwa besar, dan lain-lain. ISBD sebagai salah satu MBB juga memiliki visi dan misi yang sejalan dengan MBB tentunya, namun lebih menitik beratkan pada pemberian pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji gejala – gejala sosial kebudayaan.
4 landasan yang diajarkan di Perguruan Tinggi Umum sehingga MBB-ISBD perlu ada yaitu :
1)    Landasan Historis (nenek moyang kita beragama, memiliki warisan budaya, peradaban tinggi, dan lain-lain).
2)   Landasan Filosofis (Bangsa Indonesia memiliki falsafah, Hidup Pancasila)
3)   Landasan Yuridis Formal (UUD ’45 pasal 30, 31, UU No.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).
4)   Landasan Pedagogis (Tujuan Pendidikan mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya, dan lain-lain).
Yang menjadi latar belakang diajarkannya ISBD yaitu agar output yang dihasilkan memiliki kemampuan personal, akademis, dan profesional.
Dalam ISBD dipelajari tentang posisi manusia. Posisi manusia tidak hanya sebagai makhluk individu dan sosial, namun juga sebagai politik, ekonomi, budaya, psikologi (polekbudpsikol). Manusia sebagai makhluk Individu artinya tidak terpisahkan antara jiwa dan raga. Manusia sebagai makhluk sosial artinya tidak mampu hidup sendiri. Manusia sebagai makhluk politik artinya membutuhkan orang lain dan memiliki strategi dalam mempertahankan kehidupannya, memenuhi keinginannya dan bisa bersaing mengalahkan orang lain. Manusia sebagai makhluk ekonomi artinya melakukan kegiatan ekonomi dengan memenuhi kebutuhannya yang harus sesuai dengan kemampuan. Manusia sebagai makhluk budaya dan manusia sebagai makhluk psikologi artinya makhluk yang memiliki harmoni, jiwa, cinta, benci, jinak, stress, dan terkadang lupa.

1.      Latar Belakang Paedagogis
Inovasi pembelajaran dirasa perlu karena mahasiswa bukanlah mahluk kosong yang tidak memiliki kemampuan dan kecakapan apapun, akan tetapi sebagai objek berpotensi yang mampu mengkreasi dunia lingkungannya. Sehingga dengan memberikan posisi yang seimbang antara aktifitas dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran akan mampu memberikan hasil lebih, baik tambahan ilmu pengetahuan, meningkatnya sikap positif, dan bertambahnya keterampilan pada mahasiswa.
Terdapat empat pilar pembelajaran menurut UNESCO yaitu :
·   Learning to know, pembelajaran untuk tahu
·   Learning to do, pembelajaran untuk berbuat
·   Learning to be, pembelajaran untuk membangun jati diri
·   Learning to live together, pembelajaran untuk hidup bersama secara harmonis

2.      Dasar Yuridis
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Pasal 40 Ayat 1 butir e, dikemukakan bahwa: “Pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh kesempatan menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas”. Dengan pembelajaran seperti ini diharapkan semua perguruan tinggi di Indonesia mampu mempersiapkan mahasiswa sebagai anggota masyarakat yang mampu dan termotivasi untuk berpartisipasi secara aktif dalam mengaktualisasikan serta melembagakan masyarakat madani. Yang akhirnya pendidikan tinggi diharapkan mampu menghasilkan mahasiwa yang unggul secara intelektual, anggun secara moral, kompeten menguasai IPTEK, serta memiliki komitmen tinggi untuk berbagai peran sosial (Hamdan Mansoer, 2001, hIm. 3).

B.       Visi, Misi, Tujuan
Visi ISBD
    Berkembanganya mahasiswa sebagai manusia terpelajar yang kritis, peka dan arif dalam memahami keragaman dan kesederajatan manusia baik selaku individu maupun sosial yang dilandasi oleh nilai-nilai estetika, etika dan moral dalam kehidupan bermasyarakat.

Misi ISBD
Dalam buku ILmu sosial Budaya  Dasar, UNJ dituliskan bahwa misi ISBD adalah sebagai berikut : “Memberikan landasan dan wawasan yang luas serta menumbuhkan sikap kritis , peka, dan arif pada mahasiswa untuk memahami keragaman, kesederajatan, dan kemartabatan manusia dalam kehidupan bermasyarakat serta bertanggung jawab terhadap sumber daya dan lingkungannya”

Tujuan ISBD
·       Mengantarkan manusia terutama memberikan kesadaran serta mengembangkan kemamapuan mahasiswa sebagai generasi penerus perjuangan bangasa untuk menguasai pengetahuan tentang keragaman, kesederajatan dan kemartabatan manusia selaku individu dan makhluk sosial dalam berkehidupan bermasyarakat.
·       Memeberikan landasan pengetahuan dan menumbuhkan sikap kritis, peka,arif dalam memahami keragaman, kesederajatan dan kemartabatan manusia dengan landasan estetika, etika dan moral didalam berkehidupan bermasyarakat
·       Memberikan landasan pengetahuan dan wawasan yang luas dan keyakinan kepada para mahasiswa sebagai bekal untuk hidup bersama dalam masyarakat suatu individu dan makhluk sosial yang beradab yang mempraktekkan pengetahuan akademik sesuai dengan bidang keahliannya.
C.       Pentingnya pendekatan interdisiplines dalam ISBD

Sejak semula munculnya Basic Social Studies (Ilmu Sosial Dasar) dan Basic Humanities (Ilmu Budaya Dasar) sekitar tahun 1970-an dilatarbelakangi oleh pemikiran untuk mendekatkan berbagai disiplin ilmu, sehingga mendorong Mahasiswa untuk melihat permasalahan dalam masyarakat secara interdisipliner (Numan Somantri, hlm. 268). Pentingnya pendekatan interdisipliner ini diharapkan agar mahasiswa dapat melihat masalah sosial dan budaya secara lebih luas dan komprehensif, sehingga mereka di kemudian hari dapat berperan serta memecahkan masalah masalah sosial. Pendekatan ini cocok dengan tuntutan Pasal 5 Ayat (1) Keputusan Dirjen Dikti yang telah dikemukakan di atas. Apa yang diharapkan dalam Pasal 5 tersebut akan sulit tercapai jika menggunakan pendekatan monodisiplin, artinya menggunakan disiplin tertentu dalam ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu budaya (seperti sejarah, geografi, hukum, politik, sosiologi, antropologi, seni, sastra, psikologi sosial) secara terpisah. Tetapi perlu menggunakan pendekatan multidisiplin secara integratif untuk memecahkan masalah sosial dan budaya, karena hakikat masalahnya kompleks sehingga memerlukan kajian dari berbagai disiplin ilmu, baik secara interdisipliner yang menggunakan berbagai disiplin ilmu secara terpadu dalam mengkaji suatu masalah maupun crossdisipliner (penggunaan dua disiplin dari sudut pandang yang berbeda) atau transdisipliner (penggunaan berbagai disiplin ilmu dari sudut pandang yang berbeda) untuk mengkaji suatu masalah.

Penggunaan pendekatan multidisiplin dalam proses pembelajaran ISBD bisa menggu-nakan pendekatan struktural, yaitu beberapa disiplin ilmu sosial atau disiplin ilmu budaya digunakan sebagai alat untuk mengkaji masalah, tetapi sistematika salah satu struktur disiplin tertentu masih terlihat dominan sebagai pisau analisisnya, karena masalah yang dikaji sangat erat dan banyak kaitannya dengan disiplin tertentu (misalnya masalah korupsi erat kaitannya dengan ilmu hukum, kemiskinan dengan ilmu ekonomi, banjir dengan ilmu geografi, dan sebagainya) sedangkan ilmu-ilmu lain sebagai penunjang analisisnya. Dengan demikian, seluruh bahan itu harus disusun terlebih dulu secara sistematis menurut salah satu disiplin utama yang menjadi pokok kajian.

Atau menggunakan pendekatan fungsional, yaitu pembelajaran yang bertitik tolak dari masalah yang terdapat dalarn masyarakat atau lingkungan Mahasiswa atau masalah sosial-budaya di mana Mahasiswa terlibat secara langsung. Oleh karena itu, pendekatan fungsional tidak berangkat dari satu disiplin ilmu, bahkan karena luasnya pembahasan, identitas setiap disiplin ilmu hampir tidak kelihatan karena banyaknya konsep yang berhimpitan dan bersintesis. Misalnya saja ketika membahas pergaulan bebas di luar nikah, atau anarki pascareformasi dikaji faktor historis, faktor politis, faktor yuridis, faktor sosiologis, faktor kultural, serta faktor sosial-ekonomi.

Karena itu, proses belajar mengajar diawali dengan menentukan dan merumuskan masalah, mengumpulkan data dan informasi, mengkaji latar belakang dan penyebabnya, mencari peraturan yang berhubungan, mengkaji kebijakan publik yang berlaku, meneliti bagaimana sikap masyarakat terhadap masalah tersebut, dan mencari berbagai alternatif solusi sampai akhirnya memberikan rekomendasi kepada pengambil kebijakan publik untuk memecahkan masalah tersebut.

Bisa juga digunakan pendekatan interfield, yaitu bertitik tolak dari ruang lingkup yang luas, misalnya saja masalah humanitis dengan tema reformasi, pembangunan, pemilu, pilkada demokrasi, multikultur, dan lain-lain yang dikaji dan berbagai bidang ilmu yang cukup luas seperti bahasa, IPA, pendidikan, agama, teknologi, dan sebagainya. Dalam pendekatan interfield ini dapat juga digunakan the area approach yang berusaha menyusun bahan kuliah berdasarkan kebudayaan suatu daerah, misal saja kebudayaan Bali, kebudayaan Jawa Timur, kebudayaan Betawi, dan lain lain, atas dasar daerah tersebut maka aspek politik, sejarah, antropologi, ekonomi, pendidikan, teknologi, agama, dan sumber daya alam ikut melengkapinya.

Menurut Nuhman sumantri dalam ISBD diperlukan beberapa pendekatan, yaitu :
1. Pendekatan interdisipliner :“diharapkan agar mahasiswa dapat melihat masalah sosial dan budaya secara lebih luas dan komprehensif, sehingga mereka dikemudian hari dapat berperan serta memecahkan masalah-masalah sosial”.
2. Pendekatan monodisiplin : “artinya menggunakan tertentu dalam ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu budaya secara terpisah (contoh : sejarah, hukum. geografi, politik, sosiologi, antropolgi, seni, sastra, psykologi sosial)
3. Pendekatan multidisiplin : “artinya dalam menyelesaikan masalah sosial , dan budaya diperlukan pendekatan multidisiplin secara integratif, karena msalah yang kompleks memerlukan kajian dari berbagai disiplin ilmu , baik secara interdisipliner yang menggunakan berbagai disiplin ilmu ilmu secara terpadu dalam mengkaji suatu masalahmaupun crossdisipliner (menggunakan 2 disiplin dari sudut pandang yang berbeda) atau transdisipliner (penggunaan berbagai disiplin ilmu ari sudut pandang yang berbeda) untuk mengkaji suatu masalah”
Philip H. Phenik (1964: 6-8) mengemukakan bahwa makna-makna esensial yang melekat dalam kehidupan masyarakat dan budaya manusia meliputi, yaitu :
·            Simbolik,  meliputi bahasa, matematika, termasuk juga isyarat-isyarat, upacara, tanda-tanda kebesaran, dan sebangsanya. Makna simbolik ini sangat berarti dalam kehidupan bermasyarkat-berbudaya manusia.
·            Empirik, mencakup ilmu kealaman, hayati, kemanusiaan. Makna empirik ini mengembangkan kemampuan teoritis, konseptual, analitis, generalisasi berdasarkan fakta-fakta, dan kenyataan yang bisa diamati.
·            Estetik, meliputi berbagai seni seperti musik, karya seni, ksenian, sastra dll
·            Sinoetik, berkenaan dengan perasaan, kesan, penghayatan dan kesadaran yang mendalam. Kedalam makna ini termasuk empati, simpati dan sebangsanya
·            Sinoptik, berkenaan dengan pengertian yang terpadu dan mendalam seperti agama, filsafat.
Dengan demikian ISBD sebagai bagian dari general education bukanlah sebuah disiplin ilmu, bukan pula merupakan bagian dari disiplin ilmu budaya yang bertujuan untuk membina mahasiswa untuk menjadi ahli ilmu sosial atau ahli ilmu budaya, akan tetapi merupakan sebuah studi yang akan menggunakan makna esensial disiplin ilmu sosial dan budaya sebagai alat menganalisis untuk memecahkan masalah sosial dan budaya yang ada dalam kehidupan masyarakat.



D.      Beberapa Alternatif Model – Model Pembelajaran ISBD

Bila pendekatan multidisiplin atau interdisipliner digunakan dalam ISBD, maka metode ceramah sudah tidak bisa lagi mendominasi aktivitas perkuliahan, karena itu multi metode harus digu-nakan secara bervariasi sesuai dengan kebutuhan interaksi kelas. Ceramah, tanya jawab, dan diskusi tentu saja masih dipandang penting terutama untuk memberikan penjelasan dasar-dasar ilmiah serta materi esensial yang menjadi basic concept masalah yang akan dibahas, akan tetapi model pembelajaran problem solving, inquiry, klasifikasi nilai, science technology and society, social action model, serta portofolio based learning sangat diperlukan untuk mengem-bangkan empat pilar pendidikan yang dikemukakan UNESCO.

Beberapa model pembelajaran yang disebutkan terakhir, sangat membutuhkan keterampilan Mahasiswa untuk menguasai teknik pemecahan masalah. Masalah sendiri dapat diartikan setiap kesulitan yang merintangi atau belum ada jawabannya secara pasti dan membutuhkan pemecahannya apabila manusia ingin maju dan berkembang terus. Tentu pengertian itu berbeda dengan persoalan yang bisa diartikan sebagai suatu masalah yang sudah ada jawabannya. Dalam ISBD sebaiknya yang dipecahkan itu bukan persoalan, akan tetapi masalah.
John Dewey dalam bukunya, How We Think (1910), mengemukakan langkah peme-cahan masalah sebagai berikut:
(a) A feeling of perplexy;
(b) The definition of the problem;
(c) Sugesting and testing hypotheses;
(d) Development of the best solution by reasoning; and
(e) Testing of the conclution followed by reconsideration of necessary.
Kalau disederhanakan sama dengan langkah-langkah kegiatan ilmiah, yaitu mulai:
(a) Merasakan adanya masalah;
(b) Merumuskan masalah;
(c) Menetapkan hipotesis atau membuat pertanyaan pertanyaan penelitian untuk memecahkan masalah;
(d) Menetapkan sumber data yang akan dijadikan objek penelitian;
(e) Membuat instrumen untuk melakukan penelitian;
(f) Melakukan pengumpulan data;
(g) Melakukan kiasifikasi dan analisis data;
(h) Menguji hipotesis atau Pembahasan hasil penelitian;
(i) Rekomendasi.
Model pemecahan masalah dari John Dewey ini mendasari model-model pembelajaran lain yang melibatkan Mahasiswa untuk melakukan penyelidikan, seperti
Ø Model Klarifikasi Nilai dari Louis Rath (1977),
Ø Model Kegiatan Sosial dari Fred Newmann (1977),
Ø Sciences Technology and Society dari Peter Rubba (1982),
Ø Perkembangan Moral Kognitif dari Lawrence Kohlberg (1984),
Ø dan beberapa model pembelajaran yang sekarang ini banyak digunakan untuk mengaplikasikan kurikulum berbasis kompetensi seperti Model Pembelajaran Portofolio dan Model Pembelajaran Kontekstual


E.       Proses Pembelajaran Berbasis Portofolio
1. Pengertian
Istilah portofolio yang paling sering dikenal terdapat di lapangan pemerintahan, terutama ketika menunjuk pada Menteri yang tidak membawahi suatu departemen, biasanya Menteri se-perti itu disebut Menteri Negara atau Minister Without Portofolio, akan tetapi di dunia pendidikan istilah itu sangat berbeda dan masih relatif baru.
Dalam konteks pendidikan, pengertian portofolio menurut D. Budimansyah (2002, hI-2) bisa diartikan sebagai “wujud benda fisik” yaitu bundel, yakni sekumpulan atau dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik, seperti bundelan hasil pre-test, tugas, post-test, dan lain lain. Bisa juga diartikan sebagai “kegiatan sosial paedagogis”, yaitu collection of learning experience yang terdapat dalam pikiran peserta didik baik yang berwujud pengetahuan, sikap, maupun kete-rampilan. Sedangkan sebagai model pembelajaran Boediono (2001) mengatakan bahwa portofolio merupakan bentuk dan praktik belajar kewarganegaraan, yaitu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui penga-laman belajar praktik-empirik. Praktik belajar ini dapat menjadi program pendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung jawab, dan partisipasi peserta didik, belajar menilai dan mempengaruhi kebijakan umum (public policy), memberanikan diri untuk berperan serta dalam kegiatan antar manusia, antar universitas, dan antar anggota masyarakat. Sedangkan U. Syarifudin (2002, hIm. 31) mengatakan bahwa portofolio adalah tampilan visual dan audio yang disusun secara sistematis melukiskan proses berpikir yang didukung oleh seluruh data yang relevan, sehingga secara utuh melukiskan “integrated learning experiences” atau pengalaman belajar terpadu yang dialami oleh mahasiswa dalam kelas sebagai suatu kesatuan. Dengan demikian, model pembelajaran berbasis portofolio merupakan pembelajaran yang melibatkan mahasiswa secara aktif dan kooperatif mulai dan menentukan masalah secara demokratis, mengumpulkan data, mengoleksi data, menampilkan data, menentukan solusi permasalahan sehingga dia mampu menilai, dan mempengaruhi kebijakan umum dan hasil temuannya.

2. Langkah-langkah Pembelajaran
Langkah Pembelajaran Berbasis Portofolio (D. Budimansyah, 2002) meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. Mengindentifikasi Masalah
Dalam kegiatan ini, mahasiswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil berkisar antara 3-4 orang, setiap kelompok mencari satu masalah (biasanya melalui surat kabar bekas yang telah disediakan dosen). Dalam kegiatan ini mahasiswa diminta untuk menjawab hal-hal sebagai berikut:
(a) Apakah masalah ini merupakan masalah penting bagi saudara atau masyarakat
(mengapa)?;
(b) Lembaga manakah yang bertanggung jawab untuk mengatasi masalah tersebut?;
(c) Kebijakan apakah yang telah diambil oleh lembaga tersebut untuk mengatasi masalah
tersebut?;
(d) Apakah keuntungan dan kerugian dan kebijakan tersebut?;
(e) apakah kebijakan tersebut dapat diperbaiki?;
(f) Adakah silang pendapat terhadap kebijakan tersebut di masyarakat
(g) Di manakah kalian akan mendapat informasi lebih banyak tentang masalah tersebut?; (h) Adakah masalah lain di masyarakat yang berguna untuk dikaji oleh kelompok lain?
Pertanyaan-pertanyaan di atas dapat pula dipakai untuk menelusuri sumber dan media cetak atau elektronik, untuk pertanyaan:
Butir (a) menjadi “Bagaimana pandangan artikel (berita TV/radio) terhadap ma-salah yang dianalisis?”
Butir (b): “Hal penting apa saja yang dimuat artikel/TV/radio berkenaan dengan masalah yang dianalisis?” Demikian juga untuk pertanyaan selanjutnya).

b. Memilih Masalah untuk Kajian Kelas
Setiap kelompok kecil yang telah menetapkan masalah masing-masing berdasarkan du-kungan informasi yang relatif memadai, mengajukan masalahnya pada kelompok kelas untuk dipilih salah satu berdasarkan hasil keputusan kelas. Oleh karena itu, akan terkumpul sejumlah masalah sesuai dengan banyaknya kelompok kecil yang ada dalam kelas (misalnya jumlah mahasiswa ada 48 orang, maka berarti ada 12 masalah apabila setiap kelompok 4 orang). Dalam kegiatan ini ada dua kegiatan: pertama, rnenyusun daftar masalah ditulis di papan tulis; kedua, melakukan pemungutan suara untuk memilih salah satu masalah untuk menjadi kajian kelas dengan cara:
(a) salah satu pembicara dari setiap kelompok kecil mengemukakan alasan mengapa masalah itu
dipilih dilihat dan kepentingannya bagi mahasiswa dan masyarakat, serta sejauh mana ketersediaan sumber informasi untuk menganalisis masalah tersebut;
(b) melakukan pemungutan suara untuk memilih salah satu masalah tersebut bisa secara terbuka
maupun tertutup. Hal ini bisa langsung dilakukan satu tahap artinya dipilih yang terbanyak atau dilakukan dua tahap dengan dua kali pemilihan, tahap pertama setiap orang memilih 3 masalah, dan masalah yang menempati peringkat 1, 2 dan 3 dipilih ulang untuk menetapkan hanya satu masalah saja dengan setiap pemilih menetapkan satu pilihan.

c. Mengumpulkan Informasi Tentang Masalah yang Akan Dikaji Oleh Kelas
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi sumber-sumber informasi, dengan menentukan kriteria sumber informasi manakah yang akan memberikan banyak infor-masi dan sumber mana yang kurang. Lalu identifikasi pula tingkat kesulitan memperoleh in-formasi serta persyaratan yang diperlukan untuk menjangkau sumber informasi tersebut. Sumber informasi yang bisa dipakai misalnya, perpustakaan, kantor penerbit surat kabar, biro kliping, Biro Pusat Statistik, pakar perguruan tinggi, pakar hukum dan hakim, kepolisian, kantor legislatif, kantor pemerintah daerah, organisasi kemasyarakatan dan kelompok kepentingan, jaringan informasi elektronik, tokoh masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat, pusat pusat penelitian, dan lain-lain.
Kegiatan kedua adalah membentuk tim peneliti berdasarkan jenis sumber informasi yang telah ditetapkan (dalam kegiatan ini semua mahasiswa harus terbagi habis berdasarkan jenis sumber informasi yang telab ditetapkan). Sedangkan langkah untuk mengumpulkan informasi bisa dilakukan dengan cara:
(a) mengunjungi langsung sumber informasi (misalnya, ke perpustakaan, biro kliping,
Biro Pusat Statistik, dan lain- lain);
(b) menghubungi sumber informasi melalui telepon (bisa dilakukan Iangsung untuk
mendapatkan data yang telah disiapkan dengan daftar wawancara atau hanya sekadar membuat perjanjian untuk bertemu);
(c) membuat janji untuk mengadakan wawancara melalui kunjungan Iangsung, lewat
telepon atau permohonan melalui surat (kegiatan mi diperlukan untuk menetapkan waktu wawancara untuk mendapatkan informasi dan individu atau kelompok, seperti untuk wawancara dengan anggota legislatif, pejabat PEMDA, Kelompok LSM / ORMAS / ORPOL atau tokoh masyarakat, dan lain-lain);
(d) memohon informasi melalui surat.
Informasi yang telah dikumpulkan disusun secara sistematis berdasarkan sub-subkajian mulai dari latar belakang terjadinya masalah (faktor-faktor penyebab), pandangan individu atau masyarakat terhadap rnasalah tersebut, dasar yuridis, historis, sosiologis, ekonomis, dan kultural masalah tersebut, Kebijakan publik yang berhubungan dengan masalah tersebut, serta faktor-faktor yang mendukung dan menghambat penyelesaian masalah, pada suatu bundel dokumen-tasi yang disebut bundel portofolio.

d. Mengembangkan Portofolio Kelas
Pada sesi ini, mahasiswa dikelompokkan kembali menjadi 4 kelompok:
(1) Kelompok yang akan menjelaskan masalah. Kelompok ini bertanggung jawab menjelaskan
mengapa masalah itu penting dibahas baik dari sudut individu kelornpok maupun pemerintah dengan argumentasi yang rasional didukung oleh data-data akurat yang telah dikumpulkan. Kelompok ini bertugas menjawab:
(a) Seberapa seriuskah masalah itu bagi masyarakat;
(b) Seberapa luas masalah tersebut tersebar pada bangsa atau negara;
(c) Mengapa masalah itu harus ditangani pemerintah;
(d) Haruskah individu atau masyarakat bertanggung jawab untuk mengatasi masalah
tersebut;
(e) Adakah aturan hukum atau kebijakan publik untuk mengatasi masalah tersebut, mema-
daikah aturan tersebut, apakah hukum itu dilaksanakan atau tidak;
(f) Adakah silang pendapat di masyarakat tentang masalah tersebut;
(g) Adakah individu atau kelompok/organisasi yang berpihak pada masalah tersebut, menga-
pa mereka menaruh perhatian pada tnasatah tersebut, apakah keuntungan dan kerugian individu/ organisasi pada posisinya tersebut, bagaimana cara mereka memengaruhi kebijakan pemerintah untuk mengambil posisi seperti mereka dalam menghadapi masalah tersebut;
(h) Jika ada yang bertanggung jawab, pada tingkat manakah pemerintah atau lembaga yang
menangani masalah tersebut, apakah yang sedang mereka kerjakan;
(2) Kelompok yang mengkaji berbagai kebijakan alternatif untuk memecahkan masaiah. Dengan
penjelasan rasional mengapa alternatif itu mungkin dilakukan dengan dukungan data informasi yang telah dikumpulkan. Kelompok dua ini harus menjawab:
(a) Kebijakan-kebijakan apakah yang diusulkan;
(b) Apakah keuntungan dan kerugian dan setiap kebijakan tersebut;
(3) Kelompok yang mengusulkan kebijakan publik untuk mengatasi masalah.
Kelompok ini bertanggung jawab untuk mengusulkan kebijakan publik dalam bentuk aturan, hukum atau tindakan apakah yang harus dibuat atau dilakukan oleh pemerintah, lembaga atau masyarakat untuk mengatasi masalah, kebijakan yang diusulkan ialah kebijakan yang disetujui oleh mayoritas Mahasiswa di kelas itu. Kelompok ini harus menjawab:
(a) Kebijakan apa yang diyakini kelompok untuk mengatasi masalah;
(b) Keuntungan dan kerugian dari kebijakan tersebut;
(c) Bagaimana hubungan kebijakan tersebut dengan nilai-moral dan hukum yang berlaku;
(d) Tingkat pemerintah atau lembaga mana yang harus bertanggung jawab untuk melaksa-
nakan kebijakan tersebut, mengapa;
(4) Kelompok yang mengusulkan rencana tindakan, yang menunjukkan bagaimana seseorang
warga negara atau warga masyarakat dapat memengaruhi pemenintah untuk menerima kebijakan yang didukung oleh kelas. Rencana tersebut hendaknya mencakup langkah-langkah yang dapat diambil agar kebijakan yang diusulkan dapat diterima dan dilaksanakan oleh pe-merintah / Iembaga yang menerima usulan.
Meskipun koordinasi ada pada kelompok empat, akan tetapi proses pembuatan usulan tin-dakan sebaiknya melibatkan seiuruh warga kelas. Hasil pekerjaan kelompok empat ini harus disertai penjelasan tertulis tentang kelompok mana saja di masyarakat yang akan mendukung rencana tindakan tersebut serta kelompok mana saja yang akan menentang, oleh karena itu harus dijelaskan pula langkah-langkah untuk meyakinkan kepada yang menentang agar rencana tindakan dapat terlaksana. Demikian pula pada institusi pemerintahan, harus dijelaskan mana yang akan mendukung dan mana yang tidak dengan penjelasan upaya untuk meyakinkannya.
Keempat kelompok di atas, setelah menjawab pertanyaan masing-masing harus:
(a) menampilkan kajiannya secara grafis dalam bentuk peta, gambar, foto, grafik, karikatur,
kartun politik, judul surat kabar, tabel statistik, dan ilustrasi-ilustrasi lainnya yang dapat memperjelas kajian kelompoknya masing-masing. Ilustrasi tersebut dapat bersumber dari bahan cetakan, atau dibuat sendiri. Bila ilustrasi yang diambil dari bahan cetakan harus mencantumkan sumber resminya. Selanjutnya kelompok kelompok tersebut harus:
(b) mengidentifikasi sumber informasi apakah sumber itu dan lembaga, orang, bahan cetak,
berita radio atau TV dalam lembar yang diketik.
Hasil pekerjaan (dokumentasi) kelompok satu diletakkan pada bab satu, kelompok dua di bab dua, kelompok tiga di bab tiga, dan kelompok empat di bab empat pada bundel dokumentasi portofolio, misalnya saja berisikan:
a) kumpulan klipping surat kabar dan majalah;
b) laporan tertulis hasil wawancara;
c) laporan tertulis ulasan radio atau TV;
d) catatan hasil komunikasi dengan kelompok tertentu;
e) petikan hasil publikasi pemerintah atau perundang-undangan.
Khusus untuk buku, makalah, perundang-undangan dan sejenisnya, bila terlampau pan-jang cukup memasukan abstrak atau judul buku tersebut.

e. Penyajian Portofolio (Show-Case)
Show-case atau gelar kasus pada dasarnya memberiikan pengalaman berharga kepada Mahasiswa untuk mampu menyajikan gagasan dan meyakinkannya kepada orang lain agar menerima gagasan tersebut. Langkah-langkah yang harus dipersiapkan terdiri dari:
(1) Persiapan. Pertama, memastikan bundel portofolio dokumentasi yang terdiri dari empat bab sudah memadai dan disusun rapi; Kedua, menyiapkan panel empat muka dan karton yang bisa berdiri tegak sebagai panel penayangan materi setiap kelompok yang sudah disatukan (lihat gambar di bawah ini) Ketiga, mempersiapkan penyajian lisan, sedang kelompok sebaiknya melakukan latihan terlebih dahulu sebelum melakukan penyajian lisan di hadapan para juri, sehingga setiap anggota dapat bergi-liran untuk menyajikannya secara sistematis dengan pilihan materi yang sangat esensial, dengan demikian akan terjadi cooperative learning; Keempat, menyiapkan ruangan yang representatif untuk menampung anggota seluruh kelas, juri, serta undangan, dengan menyiapkan pengeras suara dengan tiga mikrofon disertai penerangan dengan pengaturan yang memadai; Kelima, mengundang juri, sebaiknya juri terdiri dari tiga orang yang mewakili akademisi, pejabat, dan tokoh masyarakat atau organisasi yang relevan dengan bidang yang dikaji; Keenam, menetapkan moderator, sebaiknya dilakukan oleh Dosen pembimbing. Moderator di samping bertugas mengatur jalannya persidangan, juga memberikan petunjuk awal kepada dewan juri tentang teknis pelaksanaan,serta sistem penilaian dengan format yang telah disiapkan sekaligus menetapkan siapa yang menjadi ketua dan yang menjadi anggota dan ketiga juri tersebut.
(2) Pembukaan, dilakukan oleh moderator dengan menginformasikan masalah yang, dikaji kelas serta memperkenalkan namanama anggota dewan jun lalu mernpersilakan para juri untuk mengamati portofollo penayangan dalam papan empat muka, dari berbagai grafik, karikatur, serta dokumen portofolio yang terkumpul empat bab selarna 10 menit.
(3) Penyajian lisan tiap kelompok, diawali dengan kelompok satu sampai kelompok empat. Teknisnya, moderator memanggil salah satu anggota kelompok maju ke depan langsung disuruh untuk memperkenalkan anggota masing-masing, setelah itu disuruh memaparkan materi bahasannya sekitar 7-10 menit, lalu diadakan tanya jawab antara dewan juri dengan kelompok sekitar 10 menit, lalu kelompok satu disuruh kembali ke tempat semula dilanjutkan dengan penyajian kelompok dua. Setelah kelompok dua selesai sebaiknya diadakan selingan acara kesenian dengan menampilkan tarian, vokal grup, atau baca puisi selama 10 menit. Kesempatan ini digunakan dewan juri untuk melakukan rekap penilaian pada kelompok satu dan kelompok dua. Setelah itu dilanjutkan oleh kelompok tiga dan kelompok empat.
(4) Tanggapan hadirin/undangan, setelah selesai kelompok empat beri kesempatan kepada hadirin untuk memberikan tanggapan terhadap penyajian portofolio tersebut selama 10 menit, bila ada yang penting harus dicatat oleh tiap kelompok sebagai masukan.
(5) Pengumuman dewan juri. Penilaian dewan juri didasarkan pada kualitas portofolio penayangan dan dokumentasi serta kualitas penyajian dan tanya jawab waktu penyajian lisan, sebaiknya diberikan reward kepada kelompok dalam bentuk piagam penghargaan.
Tujuan utama semua itu antara lain untuk berbagi ide dan pengalaman belajar antar “young citizens” yang secara psikososial dan sosiokultural pada gilirannya kelak akan menum-buhkan etos demokrasi dalam konteks “harmony in diversity” (U. Syaripudin, 2001, hIm. 32).
Setelah acara dengan pendapat, dengan fasilitasi Dosen diadakan kegiatan “refleksi” yang bertujuan agar Mahasiswa dan Dosen merenungkan dampak perjalanan panjang proses belajar bagi perkembangan pribadi sebagai warga negara. Ajaklah Mahasiswa untuk menjawab pertanyaan:
“Apakah saya telah menjadi Mahasiswa yang baik? Dan apa yang akan saya lakukan sebagai warga negara selanjutnya?” Tentu saja bagi Dosen perlu juga merenungkan pertanyaan: “Apa yang telah saya sumbangkan untuk mengembangkan etos demokrasi pada Mahasiswa sebagai warga negara muda?”

f. Kriteria Penilaian Portofolio
(1) Kelengkapan, meliputi kesesuaian dengan tugas kelompok masing-masing;
(2) Kejelasan, meliputi sistematika, penggunaan bahasa yang tepat dan dimengerti,
argumen yang ditampilkan;
(3) Informasi, meliputi keakuratan informasi, dukungan fakta, dan hubungan informasi
dengan masalah yang dikaji;
(4) Dukungan, meliputi contoh aktual yang mendukung masalah atau pemecahan masa-
lah, serta penjelasan yang mendalam secara interdisipliner;
(5) Data grafis, meliputi hubungan data grafis dengan masalah atau bagiannya, apakah
lebih menjelaskan informasi sehingga orang lain lebih memahami masalah yang dikaji;
(6) Dokumentasi, meliputi keragaman dan keakuratan sumber dokumenter, teknis pen-
dokumentasian, teknis pengutipan, hubungan dokumentasi dengan masalah;
(7) Argumentasi, meliputi argumentasi rasional, argumentasi ilmiah ilmu-ilmu sosial dan
budaya, argumentasi nilai-moral dan hukum.
DAFTAR PUSTAKA
Sari, F.D. 2012. Pengantar Ilmu Sosial Budaya Dasar. Diakses di http://fitrianidinar.blogspot.com , tanggal 3 April 2013.
http://www.achluddin.com/2012/07/dasar-pemikiran-pembelajaran-isbd.html

ISBD "MANUSIA DAN LINGKUNGAN"



MANUSIA & LINGKUNGAN

1.      KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas dari mata kuliah ilmu sosial dan budaya.Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu, bukan karena usaha dari kami selaku penulis, melainkan banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak.Untuk itu kami mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu kami baik itu dosen kami dan semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami selaku penulis makalah ini mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tugas kami selanjutnya.Demikian kami selaku penulis makalah, mohon maaf bila dalam pembuatan makalah ini ada hal-hal yang kurang berkenan.Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak.

Selasa, 16 April 2013

CHLOROPHYTA (ALGAE HIJAU)

 

gbr11h232
Ditinjau secara biologi, alga merupakan kelompok tumbuhan yang berklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk koloni. Di dilam alga terkandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon, vitamin, mineral, dan juga senyawa bioaktif. Sejauh ini pemanfaatan alga sebagai komoditiperdagangan atau bahan baku industri masih relatif kecil jika dibandingkan dengan keanekaragaman jenis alga yang ada di Indonesia. Padahal komponen kimiawi yang terdapat dalam alga sangat bermanfaat bagi bahan baku industri makanan, kosmetik, farmasi dan lain-lain.
Ganggang hijau / Chlorohyta adalah salah satu klas dari ganggang berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Ganggang hijau ada yang bersel tunggal dan ada pula yang bersel banyak berupa benang, lembaran atau membentuk koloni spesies ganggang hijau yang bersel tunggal ada yang dapat berpindah tempat, tetapi ada pula yang menetap.
Algae hijau merupakan kelompok terbesar dari vegetasi algae. Algae hijau berbeda dengan devisi lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti tumbuhan tingkat tnggi karena mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b lebih dominan dibandingkan karoten dan xantofit.
Algae berperan sebagai produsen dalam ekosistem. berbagai jenis algae yang hidup bebas di air terutama tubuhnya yang bersel satu dan dapat berperan aktif merupakan penyusun fitoplankton. sebagaian besar fitoplankton adalah anggota algae hijau, pigmen klorofil yang dimilikinya efektif melakukan fotosintesis sehingga algae hijau merupakan produsen utama dalam ekosistem perairan.
Habitat
Ganggang hijau merupakan golongan terbessar diantara ganggang dan sebagian besar hidup di air tawar, beberapa diantaranya hidup di air laut dan air payau. Pada umumnya melekat pada batuan dan seringkali muncul apabila air menjadi surut. Jenis yang hidup diair tawar, bersifat kosmopolit, terutama hidup di tempat yang cahayanya cukup seperti kolam, danau, genangan air, Alga hijau ditemukan pula pada lingkungan semi akuatik yaitu pada batu-batuan, tanah lembab dan kulit batang pohon yang lembab. Beberapa anggotanya hidup di air mengapung atau melayang, sebagian hidup sebagai plankton. Beberapa jenis ada yang hidup melekat pada tumbuhan atau hewan.
Beberapa contoh alga hijau yang sering ditemukan dikolam anatara lain :
a. Chlorophyta bersel tunggal tidak bergerak
Contoh :
1. Chlorella
Organisme ini banyak ditemukan sebagai plankton air tawar. Ukuran tubuh mikroskopis, bentuk bulat, berkembang biak dengan pembelahan sel.
Peranannya bagi kehidupan manusia antara lain, digunakan dalam penyelidikan metabolisme di laboratorium. Juga dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan dimasukkan dalam kapsul dan dijual sebagai suplemen makanan dikenal dengan “Sun Chlorella”.
Pengembangannya saat ini di kolam-kolam (contohnya di pasuruan)
2. Chlorococcum
Tubuh bersel satu, tempat hidup air tawar, bentuk bulat telur, setiap sel memiliki satu kloroplas bentuk mangkuk. Reproduksi dengan membentuk zoospora (secara aseksual)
b. Chlorophyta bersel tunggal dapat bergerak
Contoh : Chlamidomonas
Bentuk sel bulat telur, memiliki 2 flagel sebagai alat gerak, terdapat 1 vacuola, satu nukleus dan kloropas. Pada kloropas yang bentuknya seperti mangkuk terdapat stigma (bintik mata) dan pirenoid sebagai tempat pembentukan zat tepung. reproduksi aseksual dengan membentuk zoospora dan reproduksi seksual dengan konjugasi.
c. Chlorophyta berbentuk koloni tidak bergerak
Contoh : Hydrodictyon
Hydrodictyon banyak ditemukan didalam air tawar dan koloninya berbentuk seperti jala. Ukuran cukup besar sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang. Reproduksi vegetatif dengan zoospora dan fragmentasi.
Fragmentasi dilakukan dengan cara melepas sebagian koloninya dan membentuk koloni baru. sedangkan reproduksi generatif dengan konjugasi.
d. Chlorophyta berbentuk koloni dapat bergerak
Contoh : Volvox
Volvox ditemukan di air tawar, koloni berbentuk bola jumlah antara 500 -5000 buah. Tiap sel memiliki 2 flagel dan sebuah bintik mata. Reproduksi aseksual dengan fragmentasi dan seksual dengan konjugasi sel-sel gamet.
e. Chlorophyta berbentuk benang
Contoh :
1. Spyrogyra
Gangguan ini didapatkan disekitar kita yaitu diperairan. bentuk tubuh seperti benang, dalam tiap sel terdapat kloroplas berbentuk spiral dan sebuah inti. Reproduksi vegetatif dengan fragmentasi, sedangkan reproduksi seksual dengan konjugasi. adapun langkah-langkah konjugasi antara lain
Dua benang saling berdekatan, sel yang berdekatan saling membenuk tonjolan. Ujung kedua tonjolan yang bersentuhan saling melebur membentuk saluran konjugasi. Lewat saluran itu terjadilah aliran protoplasma dari satu sel ke sel yang lain. kedua plasma melebur, disebut peristiwa plasmogami dan segera diikuti oleh pelburan inti yang disebut kariogami. Hasil peleburan membentuk zigospora diploid. zigospora mengalami meiosis dan ditempat yang sesuai berkembang menjadi benang spirogyra baru yang haploid.
2. Oedogonium
Ganggang ini berbentuk benang, ditemukan di air atawar dan melekat di dasar perairan. reproduksi vegetatif dilakukan oleh setiap sel menghasilkan sebuah zoospora yang flagela banyak.
Reproduksi generatif adalah salah satu benang membentuk alat kelamin jantan (antiridium) dan menghasilkan gamet jantan (spermatozoid). Pada benang yang lain membentuk alat kelamin betina yang disebut oogonium. Oogonium akan menghasilkan gamet betina (ovum). Sperma tozoid membuahi ovum dan terbentuk zigot. Zigot akan tumbuh membentuk individu.
f. Chlorophyta berbentuk lembaran
Contoh :
1. Ulva
Ganggang ini ditemukan di dasar perairan laut dan menempel di dasar, bentuk seperti lembaran daun. berkembang bial secara vegetatif dengan menghasilkan spora dan spora tumbuh menjadi Ulva yang haploid (n), Ulva haploid disebut gametofit haploid. Kemudian secara generatif menghasilkan gamet jantan dan gamet betina. pertemuan gamet jantan dan gamet betina akan menghasilkan zigot (Z2n). Zigot berkembang menjadi Ulva yang diploid disebut sporofit. Selanjutnya sporofit membentuk spora yang haploid setelah mengalami meiosis. Selanjutnya mengalami mitosis dan menghasilkan gametofit haploid.
2. Chara
Chara hidup di air tawar terutama melekat pada batu-batuan. Bentuk talus seperti tumbuhan tinggi, menyerupai batang, yang beruas-ruas dan bercabang-cabang, berukuran kecil. Pada ruasnya terdapat nukula dan globula. Di dalam nukula terdapat arkegonium dan menghasilkan ovum. Di dalam globula terdapat anterodium yang memproduksi spermatozoid. Spermatozoid akan membuahi ovum dan menghasilkan zigospora yang berdinding sel. Pada reproduksi secara vegetatif dilakukan dengan cara fragmentasi.
Pigmen
Pigmen yang dimiliki kloroplas golongan chlorophyta yaitu klorofil a dan klorofil b, beta karoten serta berbagai macam xantofit (lutein, violaxantin, zeaxanthin). Karoten muncul sebagai karakter warna kuning kemerah-merahan. Sedangkan xantotif muncul sebagai warna kuning dengan nuansa warna yang unik. Menurut levavascur (1989) bahwa pigmen-pigmen fotosintesis dan pada alga hijau berklorofil a dan b mengandung shiphoxanthim atau lutein.
Cadangan Makanan
Cadangan makanan pada ganggang hijau berupa amilum, tersusun sebagai rantai glukosa tidak bercabang yaitu amilose dan rantai yang bercabang yaitu amilopektin seringkali amilum terbentuk dalam granula bersama dengan bahan protein dalam plastida disebut pirenoid.
Susunan Tubuh
Alga hijau mempunyai susunan tubuh yang bervariasi baik dalam ukuran maupun dalam bentuk dan susunanya. Ada Chlorophyta yang terdiri dari sel-sel kecil yang merupakan koloni berbentuk benang yang bercabang-cabang atau tidak, ada pula yang membentuk koloni yang menyerupai kormus tumbuhan tingkat tinggi. Dari banyaknya variasi tersebut alga hijau dikelompokan sebagai berikut:
  1. Sel tunggal (uniseluler) dan motil, contoh: Chlamidomonas
  2. Sel Tunggal dan non motil, contoh: Chlorella
  3. Koloni senobium yaitu koloni yang mempunyai jumlah sel tertentu sehingga mempunyai bentuk yang relatif tetap, contoh: Volvox, Pandorina.
  4. Koloni tidak bertauran, contoh: Tetraspora
  5. Berbentuk - filamen tidak bercabang, contoh: Ulothrix, Oedogonium
  • Filamen bercabang, contoh: Chladhopora, Pithopora
  1. Hetemtrikus, yaitu filamen bercabang yang bentuknya terbagi menjadi bagian yang rebah (prostrate) dan bagian yang tegak, contoh: Stigeoclonium
  2. Foliaceus atau parenkimatis, yaitu filamen yang pembelahan sel vegetatisnya terjadi lebih dari satu bidang, contoh: Ulva
  3. Tubular, yaitu talus yang memilik banyak inti tanpa sekat melintang, contoh: Caulerpa
Struktur Sel
Dinding sel tersusun atas dua lapisan, lapisan bagian dalam tersusun oleh selulose yang dapat memberikan sifat keras pada dinding sel dan lapisan luar adalah pektin. Tetapi beberapa alga bangsa volvocales dindingnya tidak mengandung selulose, melainkan tersusun oleh glikoprotein. Dinding sel caulerpales mengandung xylan atau mannan.
Inti pada clorophyta ada yang berinti prokariota dan ada yang sebagian besar berinti eukariota. Intinya diselubungi membran inti terdapat nukleus dan kromatin. Inti umumnya tunggal tetapi ada yang memiliki inti lebih dari satu.
Alat Gerak / Flagel
Ada dua tipe pergerakan pada chlorophyta, yaitu:
1. Pergerakan dengan flagela
Flagela pada kelas chlorohyceae selalu bertipe whiplash (akronematik) dan sama panjang (isokon), kecuali pada bangsa oedogoniales, memiliki tipe stefanokon. Flagela dihubungkan dengan struktur yang sangat halus yang disebut aparatus neuromotor. Tiap flagela terdiri dari axonema yang tersusun oleh 9 dupklet mikrotubula mengelilingi bagian tengah terdapat 2 singlet mikrotubula. Struktur semacam ini dikenal sebagai susunan 9 + 2. Flagela tersebut dikelilingi oleh selubung plasma.
2. Pergerakan dengan sekresi lendir
Pada chlorophyta terjadi pergerakan yang disebabkan adanya stimulus cahaya yang di duga oleh adanya sekresi lendir melalui porus dinding sel pada bagian apikal dari sel. Selama pergerakan ke depan bagian kutub berayun dari satu sisi ke sisi yang lain sehingga lendir bagaian belakang seperti berkelok-kelok.
Perkembangbiakan
Perkembangbiakan pada chlorophyta terjadi dengan 3 cara yaitu:
1. Secara vegetatif
Perkembanganbiakan vegetatif pada chlorophyta dengan fragmentasi tubuhnya dan pebelahan sel.
2. Secara seksual
- Melalui konjugasi yaitu perkembangbiakan secara kawin contohnya spirogyra.
- Isogami yaitu peleburan dua gamet yang bentuk dan ukurannya sama.
- Anisogami yaitu peleburan dua gamet yang ukurannya tidak sama.
- Oogami yaitu peleburan dua gamet yang satu kecil dan bergerak (sebagai sperma) yang lain besar tidak bergerak (sebagai sel telur)
Beberapa contoh dari reproduksi sexual:
- Isogami : Chlorococcum, Chlamydomonos, Hydrodictyon
- Anisogami : Chlamydomonas, Ulva
- Oogami : Chlamydomonas, Valva, Spirogya, Aedogonium
3. Secara aseksual
Perkembanganbiakan secara aseksual dapat terjadi dengan pembentukan:
Asexual
- Zoospora yaitu sel berflagel 2 contohnya Chlamydomonos
- Aplanospora yaitu spora yang tidak bergerak contohnya Chlorococcum
- Autospora yaitu aplanospora yang mirip dengan sel induk contohnya Chlorella
Klas chlorophyta dibagi menjadi beberapa klas, salah satu diantaranya adalah klas chlorophyceae.
  • Habitat : Kebanyakan hidup di air tawar dan ada juga yang hidup di air laut, tempat-tempat yang lembab dan juga daerah-daerah yang bersuhu ekstrim / daerah bersalju.
Beberapa diantaranya hidup bebas sebagai fitoplankton, epifit, endofit, epizoik dan dengan bersimbiosis dengan jamur.
  • Pigmen : Macam-macam pigmen yang terdapat pada klas chlorophyceae adalah klorofil a dan klorofil b, karoten, xantofil yang terdiri dari lutein, neoxantin dan zeaxiantin.
  • Susunan sel
Dinding selnya terdiri dari 2 lapis, lapis sebelah dalam tersusun dari selulosa dan CaCo3 dan lapis sebelah luar tersusun oleh pektin. inti sel bertipe eukoriotik, berbentuk tunggal dan banyak.
  • Cadangan makanan
Cadangan makanan pada klas chlorophyceae yaitu berupa karbohidrat, amilum, temak dan minyak
  • Alat gerak pada klas ini berupa flogel
  • Perkembangbiakan
Perkembangbiakan pada klas chlorophyceae dapat terjadi melalui 3 cara, yaitu:
      • Secara vegetatif yaitu dengan cara pembelahan dan dengan cara fragmentasi. Pembelahan hanya untuk individu dengan tubuh berbentuk sel-sel tunggal
      • Sporik dengan membentuk
    • Aplanospora yaitu spora yang tidak dapat bergerak
    • Planospora yaitu spora yang dapat bergerak
    • Autospora yaitu berasal dari aplanospora
    • Autokolomi yang juga berasal dari aplanospora
    • Akinet yang membentuk hipnospora, yaitu aplanospora yang dindingnya tebal
      • Secara seksual
Berdasarkan dapat / tidaknya gamet bergerak, dibedakan menjadi
    • Zoogamet / Zoogami yaitu gamet yang dapat bergerak
    • Aplanogamet / aplanogami yaitu gamet yang tidak dapat bergerak
Bagsa Chlorococcales
Sel-sel vegetatif tidak mempunyai bulu cambuk jadi tidak bergerak. Mempunyai satu inti dan satu kloroplas. Mereka merupakan satu koloni yang bentuknya bermacam-macam, dan tidak lagi melakukan pembelahan sel yang vegetatif.
Perkembanganbiakan dengan zoospora yang mempunyai dua bulu cambuk, atau dengan spora yang tiddak mempunyai bulu cambuk yang dinamakan aplanospora. Perkembanganbiakan dengan isogami antara lain pada marga Pediastrum.
Chlorococcales hidup sebagai plankton dalam air tawar, kadang-kadang juga pada kulit pohon-pohon dan tembok-tembok yang basah. Ada yang hidup bersimbiosis dengan fungsi sebagai lichenes bahkan ada yang hidup dalam plasma binatang rendah, misalnya Chlorella Vulgaris dam infusoria dan Hydra.
Oleh seorang ahli Biologi bangsa Jepang, Chlorella telah dicoba untuk diolah menjadi berbagai macam makanan. Dengan demikian terbuka prospek baru mengenai produksi bahan pangan, bahkan menurut ahli tersebut hal itu dapat menimbulkan revolusi dalam masalah penyediaan pangan.
Dalam bangsa ini termasuk antara lain:
Suku Hydrodictyceae, contoh pediastrum bonganum
Suku Chlorococcaceae, contoh Chlorococcum humicale
Bangsa Ulotrichales
Sel-selnya selalu mempunyai satu inti dan satu kloroplas yang masih sederhana membentuk koloni berupa benang yang bercabang atau tidak. Benang-benang itu selalu bertambah panjang karena sel-selnya membelah melintang. Yang lebih tinggi tingkatannya mempunyai talus yang lebar dan melekat pada suatu substrat / alas. Dan talus ini sudah mempunyai susunan seperti jaringan parenkim. Ada pula yang talusnya berbentuk pipa atau pita.
Dalam bangsa ini termasuk antara lain:
      • Suku Ulotrichaceae, contoh : Ulothrix zonata
Sel selnya membentuk koloni yang berupa benang dan tumbuh interkalar. Sel-selnya pendek, kloroplas bentuk pipa. Pangkal melekat pada substrat.
      • Suku Ulvaceae, termasuk didalamnya
  • Ulva lactuca, talus menyerupai daun sladah, terdiri atas 2 lapis sel yang membentuk struktur seperti parenkim. Zoospora dengan 4 bulu cambuk, gamet sama besar, masing-masing dengan dua bulu cambuk.
  • Enteromorpha intestinalis, koloni berbentuk pipa atau pita, padanya tidak terdapat isogami melainkan anisogami
Bangsa Cladophora
Sel-selnya berinti banyak, kloroplas berbentuk jala dengan pirenoid-pirenoid membentuk koloni berupa benang-benang yang bercabang, menjadi suatu berkas, hidup dalam air tawar yang mengalir atau dalam air laut, dan biasanya berkas benang-benang itu melekat pada suatu substrat. Berkembangbiak secara vegetatif dengan zoospora dan generatif dengan isogami.
Dalam bangsa Cladophorales termasuk suku Cladophoraceae contohnya cladophora glomerata dan cladophora dichotoma.
Bangsa Chaetophorales
Sel-selnya mempunyai satu inti dan kebanyakan juga satu kloroplas. Organisme ini talusnya heterotrik, artinya mempunyai pangkal dan ujung yang berbeda, terdiri atas benang-benang yang merayap, bercabang dan bersifat pseudoparenkimatik. Tumbuh mendatar pada substratnya, dan bagian atasnya yang bercabang-cabang dan berguna sebagai alat reproduksi.
Yang tergolong dalam bangsa ini antara lain:
      • Suku Chaetophoraceae, contohnya stigeoclonium lubricum, stigeoclonium tenue, hidup dalam air tawar, zoospora 4 dengan 4 bulu cambuk dan isogamet dengan 2 bulu cambuk.
      • Suku coleochaetaceae, contohnya coleochaeta scutata. Zoospora dengan2 bulu cambuk. Pangkalnya berbentuk cakram, perkembangbiakan generatif dengan oogami. Coleochaeta kebanyakan hidup sebagai epifit pada ganggang lain atau tumbuhan air yang tinggi tingkat perkembangannya.
      • Suku Trentepohliaceae, contohnya Trentepohlia aurea. Zoospora dengan isogamet mempunyai 2 bulu cambuk, telah menyesuaikan diri dengan hidup didaratan, pada cadas, batang-batang pohon atau diatas daun sebagai epifit. Zoosporangia berwarna merah karena hematokrom. Spora tersebar oleh angin.
Bangsa Oedogoniales
Hidup dalam air tawar, sel-selnya mempunyai satu inti dan kloroplas berbentuk jala. Koloni berbentuk benang. Perkembangbiakan vegetatif dengan pembentukan zoospora, ujungnya yang bebas dan klorofil mempunyai banyak bulu cambuk yang tersusun dalam suatu karangan. Dari satu sel vegetatif hanya keluar satu zoospora saja. Perkembangbiakan generatif dengan oogami
Bangsa Oedogoniales hanya dapat meliputi satu suku saja yaitu oedogoniaceae contohnya oedogonium concatenatum dan oedogonium ciliatum.
Bangsa siphonales
Bentuknya bernmacam-macam, kebanyakan hidup dalam air laut, talusnya tidak mempunyai didnding pemisah yang melintang. Sehingga dinding selnya menyelubungi massa plasma yang mengandung banyak inti dan kloroplas. Hanya alat-alat berkembangbiak saja yang terpisah oleh suatu dinding (sekat).
Dari siphonales dapat disebut beberapa jenis , antara lain:
  • Protosiphon botryoides (suku protosiphonaceae)
Ganggang ini masih sangat sederhana, hidup diatas tanah yang basah talus hanya teridiri atas suatu sel. Bagian yang diatas tanah bentuknya seperti gelembung, berwarna hijau dan mengandung banyak inti. Melekat pada tanah dengan rizoid yang panjang, tidak bercabang dan tidak berwarna.
  • Halicystis ovalis (suku Uhalicystidaceae)
Ganggang ini menyerupai profosiphora, tetapi hidup dalam laut
  • Caulerpa prolifera (suku caulerpaceae)
Ganggang hijau yang hidup di laut tengah. Talus bagian atas menyerupai daun dan besarnya sampai beberapa desimeter, berguna untuk asimilasi dan dinamakan asimilator. Bagian bawah terdiri atas suatu sumbu yang menyerap, tidak berwarna dan tidak mengandung leukoamitoplas dan rizoid pada perkembangbiakanseksual yaitu anisogami, seluruh tumbuh-tumbuhan baik jantan maupun betina masing-masing mengeluarkan gamet yang berwarna hijau dalam jumlah yang amat besar dan setelah mengeluarkan gamet itu lalu mati.
  • Vaucheria sessilis (suku vaucheriaceae)
Talus berbentuk benang dan bercabang-cabang tidak beraturan, melekat pada substrat dengan rizoid-rizoid yang merupakan suatu berkas. Karena talus tidak mempunyai dinding pemisah melintang, maka talus kelihatan seperti pipa bercabang-cabang. Perkembangbiakan aseksual dengan zoospora. Sedangkan perkembangbiakan generatif (seksual) dengan oogami.
Tempat vaucheria dalam sistematik masih belum terang. Alat-alat perkembangbiakan seksual dan aseksual ditemukan pada suatu individu. Pembelahan reduksi terjadi pada perkecambahan zigot. Mengingat letak bulu cambuk serta susunan bulu cambuk pada soermatozoidnya, demikian pula zat-zat warna dalam plastidanya (tanpa klorfil b, tetapi banyak xantofil) dan zat-zat cadangan yang terdiri atas minyak dan tepung maka vauheria oleh para ahli dimasukkan ke dalam heterocontae. Tetapi jika dilihat dari bulu cambuk pada zoosporanya yang sama panjang dan tanpa rambut-rambut mengkilat maka vaucheria hanya digolongkan pada chlorophyceae
  • Acentabularia wettsternii (suku dasylandaceae)
Talusnya menyerupai jamur payung pada pangkal tangkainya terdapat suatu inti yang besar. Ganggang ini ditemukan di laut tengah dan talusnya diperkuat dengan kapur. Perkembangbiakan seksual dengan anisogami.
Dampak posotif dan negatif chlorophyta dalam kehidupan
a. Dampak positif
1. Sbagai sumber protein sel tunggal contoh chlorela
2. Sebagai bahan makan contoh volvox sebagai sayuran
3. Sebagai plankton, merupakan salah satu komponen yang penting dalam rantai makanan di perairan tawar
4. Menghasilkan O2 (oksigen) dan hasil fotositensis yang diperlukan oleh hewan lain untuk bernafas
b. Dampak negatif
1. Dapat mengganggu jika perairan terlalu subur
2. Membuat air berubah warna dan menjadi bau
3. Menjadi masalah dalam proses penjernihan air
4. Menyebabkan penyumbatan pada saringan pengolahan air.
Akibat pertumbuhan algae hijau terhadap kualitas air
Air yang dipergunakan sebagai air minum harus memenuhi beberapa syarat antara lain, syarat fisika (tidak berbau, jernih, tidak berasa dan tidak berwarna). Syarat kimia (tidak mengadung zat-zat beracun tidak lebih dari standart yang telah ditetapkan) dan syarat biologis (bakteri coli yang terkandung dalam air tidak boleh lebih dari standart yang ditetapkan).
Kehadiran alga hijau dalam air dapat meyebabkan :
  • Perubahan warna air
  • Air menjadi licin karena dapat menghasilkan lendir
  • Dapat menimbulkan bau dan rasa pada air
  • Dapat menyebabkan kerapuhan pada beton
Jenis ganggang hijau yang hidup di air tawar tidak mengahasilkan racun
Dari sifat-sifat yang tampak pada chlorophyceae, dapat diambil kesimpulan bahwa chlorophyceae berasal dari flagellate yang setingkat mengalami kemajuan-kemajuan perkembangan. Padanya ditemukan gambaran perkembangan dari organisme yang sederhana ke yang makin menuju ke adanya pembagian pekerjaan. talus heterotrik (yang terdiri atas pangkal yang melekat pada substrat dan bagian yang bebas) dan kloroplas sederhana.
Pada kebanyakan chlorophyceae pembelahan reduksi terjadi pada pekecambahan zigot, jadi chlorophyceae adalah organisme haploid. alat-alat perkembangbiakan seksual dan aseksual terdapat pada satu individu, tetapi tidak tiap individu menghasilkan kedua macam alat perkembangbiakan itu. Biasanya terdapat suatu deretan tumbuh-tumbuhan yang selalu berkembangbiak secara vegetatif dan baru kemudian muncul individu yang dapat membiak secara generatif. jadi meskipun keduanya haploid, ada yang bersifat vegetatif dan ada juga yang bersifat generatif. Dengan pemindahan tempat pembelahan reduksi dari zigot ke sporangium pada fase aseksual, terjadilah pergiliran keturunan antara sporofit yang diploid dengan gametofit yang haploid. Pada pembelahan reduksi terjadilah penentuan jenis kelamin. Ketentuan-ketentuan itu dapat sama (isomorf) atau heteromorf.
Ada bermacam-macam jenis dari algae hijau diantaranya:
  • Algae benang
Merupakan algae hijau dari genus spyrogyra. Membentuk rumpun berupa benang tipis, panjang dan berwarna hijau muda. Algae benang mempunyai persyaratan hidup mendekati persyaratan tumbuhan tingkat tinggi kondisi air yang baik dapat memicu pertumbuhannya, apalagi disertai dengan kondisi pencahayaan yang baik. Algae benang mempunyai kemampuan tumbuh relatif cepat. Meskipun kadang menjengkelkan, algea ini tidak bersifat merusak, tetapi tentu saja dapat menjadi pesaing utama akan unsur hara.
  • Algae bintik hijau
Merupakan algae berbentuk kecil, bulat, dengan ukuran kurang lebih 3 mm, berwarna hijau. Algae ini melekatkan diri dengan kuat pada substrat. biasanya melekat pada kaca atau pada daun.
Algae bintik hijau sering muncul pada aguarium baru, pada saat kondisi air belum stabil, atau pada saat kualitas air akuarium menurun. Meskipun tidak
menyebabkan kerusakan akan tetapi kehadirannya cukup dapat mengganggu pemandangan.
sumber: http://zaifbio.wordpress.com/2009/01/30/chlorophyta-algae-hijau/